Rabu, 17 Juni 2015

Tempat duduk untuk IBU

Share on :
Sudah seperempat jam perjalanan, namun ibu belum juga mendapat tempat duduk. Sejak ibu naik Kereta api  dari Stasiun Jember.


Mengapa tak ada satupun penumpang yang terketuk hatinya. Ibu memang belum terlihat seperti nenek-nenek renta. Mungkin itu sebab belum ada penumpang yang mau memberinya tempat duduk. Tapi tidak adakah satupun penumpang yang merasa iba melihat seorang ibu harus berdiri lama di atas kereta?

Kalau saja aku menemaninya, pasti ibu sudah duduk manis. Tapi aku tak bisa berbuat banyak. Langkah kakiku sudah mendekati pelataran parkiran kantor ketika pesan dari ibu menyapa telepon genggamku.

"Pagi ini ibu mau ke kampung. Ibu kangen sama Gibran. Sekarang ibu sudah naik angkot, sebentar lagi sampai di stasiun Jember."

Begitulah ibu, kalau sudah kangen cucunya, ia tak mau menunggu. Kalau saja ibu mau menunda rencana hingga Sabtu atau Minggu nanti, agar aku bisa menjemputnya atau ayah punya waktu menemaninya. Pasti ayah sudah berusaha mencegah, sebab ia tak bisa meninggalkan pekerjaannya begitu saja.

"Ibu hati-hati ya. Jangan lupa nanti turun di Stasiun kereta api terus naik OJEK ke terminal.. Oh iya, hape Ibu jangan dimatikan ya. nanti saya telepon lagi."